Popular Post

Popular Posts

Pages

Blogger news

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll

Blogger templates

Recent post

Kaum Eta, Sisi Gelap Negeri Jepang


Kaum Eta dalam masyarakat feodal Jepang adalah kaum yang menempati strata paling rendah dalam masyarakat. Bahkan mereka dianggap tidak layak menempati salah satu kasta yang ada. Hal ini disebabkan karena dalam agama Buddha dan Shinto (di Jepang) pekerjaan mereka termasuk dalam pekerjaan yang menjijikkan. Pekerjaan kaum Eta adalah segala yang berkaitan dengan penyembelihan hewandan urusan kematian. Penyembelih hewan, pengurus pemakaman, algojo, penyamakan kulit adalah pekerjaan umum dari kaum Eta.Eta secara harafiah berarti "orang-orang kotor/menjijikkan" (filthy mass, abundance of filth). Ini dikaitkan dengan pekerjaan mereka tadi. Karenanya kaum Eta tidak boleh hidup bersama dengan "orang normal" dan harus tinggal didaerah terbuang.


Diskriminasi Terhadap Eta
# Tidak boleh hidup berdampingan dengan kasta lain, jadi tinggal di daerah buangan.
# Pekerjaan hanya seperti yg disebut diatas, urusan kematian, algojo, hewan sembelihan,penyamakan kulit. Positifnya, profesi-profesi ini menjadi monopoli kaum Eta hingga banyak yg jadi berkecukupan dari sini
# Tidak berhak memiliki sawah. Positifnya, karena pajak berdasar kepemilikan lahan pertanian (beras) maka kaum Eta bebas pajak.
# Tidak berhak beribadah dikuil yg umum. Hanya dikuil yg disediakan khusus untuk mereka
# Penamaan dalam agama Buddha acapkali dengan kata binatang, rendah hati, hina, hamba, dan ekspresi menghina lainnya dalam huruf kanji.
# Bila dihadapan orang berkasta harus sopan dan merendahkan diri. Pada tahun 1869 bahkan dikatakan nilai orang Eta adalah 1/7 orang umum di Jepang.
# Tidak boleh menikahi orang berkasta.



Kaum Buangan Selain Eta Yang Mencolok Adalah : Hinin(Bukan Manusia)



Definisi hinin, serta status sosial mereka dan pekerjaan khas bervariasi dari waktu ke waktu, tetapi biasanya termasuk mantan narapidana dan gelandangan yang bekerja sebagai penjaga kota, pembersih jalan atau penghibur


Karawamono(kering , orang sungai)


Beberapa orang buangan juga disebut kawaramono (kering, orang sungai) karena mereka tinggal di sepanjang tepi sungai yang tidak bisa diubah menjadi sawah.


Burakumin

Burakumin adalah sebutan untuk orang Jepang yang merupakan keturunan kaum terbuang, terutama Eta, Hinin dan Kawaramono.
Secara harafiah Burakumin berarti "Orang-orang pemukiman kecil" dimana hal ini merujuk pada pemukiman kaum Eta yang terpisah dari kasta lain dalam masyarakat feodal.

Istilah Burakumin ini secara de jure (legal) ada hingga dihapuskannya sistem kasta di tahun 1871 seiring semangat persamaan di Era Restorasi Meiji (mulai 1869), namun secara de facto hingga sekarang diskriminasi terhadap Burakumin masih ada.



Diskriminasi Terhadap Burakumin Masih Berlaku Hingga Sekarang Walau Tersamar

* Dalam daftar warga ditulis kyu-eta (mantan eta), lalu diganti shin-heimin (warga baru) dan terakhir pada 1900an tokushu-buraku (pemukiman khusus). Sekarang sudah tidak dipakai lagi.
* Diskriminasi dalam pekerjaan. Walau saat ini keturunan burakumin bisa bekerja dimana saja, namun posisi jabatan yang tinggi tidak bisa mereka duduki.
* Diskriminasi dalam pernikahan. Yang paling toleran adalah wilayah Kansai (kecuali Osaka, Kyoto, Hyogo. Dan di Hiroshima).Keluarga kolot tidak memperbolehkan anak mereka menikah dengan keturunan burakumin. Menyewa jasa penyelidikan asal-usul adalah hal biasa di Jepang, walau sekarang adalah hal ilegal. Di Kansai saat ini 60%-80% keturunan burakumin menikah dengan non-burakumin. pda tahun 1960an hanya 10%.
* Tetapi di Osaka, Kyoto, Hyogo dan Hiroshima, stigma masih ada. Burakumin dianggap biang kemelaratan, pengangguran dan kriminal.
* Anggota Yakuza, 60% adalah Burakumin menurut pengakuan seorang mentan anggota intelijen jepang Mitsuhiro Sugnuma. Anggota Yamaguchi-gumi (Yakuza terbesar) 70% nya adalah Burakumin, menurut David E. Kaplan dan Alec Dubro dalam bukunya Yakuza: The Explosive Account of Japan's Criminal Underworld (Reading, Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Co., 1986.



Penyebab Diskriminasi Terhadap Burakumin

Adalah registri keluarga Jepang. Hukum Jepang mengharuskan semua rumah tangga Jepang untuk melaporkan kelahiran, pengakuan dari ayah, adopsi, gangguan dari adopsi, kematian, perkimpoian dan perceraian warga Jepang ke otoritas lokal mereka, yang mengkompilasi catatan tersebut mencakup semua warga negara Jepang dalam yurisdiksi mereka. Pernikahan, adopsi dan pengakuan dari ayah menjadi hukum yang efektif hanya bila peristiwa tersebut dicatat di koseki tersebut. Kelahiran dan kematian secara hukum menjadi efektif karena terjadi, tetapi peristiwa tersebut harus diajukan oleh anggota keluarga.

Nah dalam Koseki ini tercantum juga asal usul warga negara hingga ke jaman feodal dulu. Sehingga setiap orang bisa dirunut berasal dari garis keturunan kasta apa sebenarnya. Hukum Jepang sekarang melarang orang selain empunya dan pemerintah untuk mengakses data ini.

Ditahun 1975, sempat beredar daftar dalam buku Tokushu Buraku Chimei Soukan (Daftar Komprehensif Nama Daerah Buraku) dan dijual dengan harga antara 5000 hingga 50000 yen. Pembelinya umunya kelaurga kolot dan perusahaan-perusahaan. kabarnya termasuk perusahaan besar seperti Toyota, Nissan, Honda dan Daihatsu. Sekarang sudah dilarang beredar.

Karena penyelidikan melalui Kouseki dan Buku Tokushu tadi sudah dilarang, sekarang kelaurga dan perusahaan yang masih kolot diam-diam menyewa jasa penyelidikan asal-usul (walau ini juga kegiatan ilegal) dengan biaya yang mahal demi menghindari memilih buraku menajdi menantu keluarga atau pejabat perusahaan.

Kaum Eta, Sisi Gelap Negeri Jepang

Prosesi perceraian pasangan suami istri di Jepang

 

Bookmark and Share
Ternyata prosesi perceraian pasangan suami istri di Jepang tidaklah rumit dan berbelit, cukup bawa uang sekitar 5 Jutaan Rupiah ke pemuka Adat yang berwenang, lalu menghancurkan cincin pernikahan mereka dengan sebuah palu khusus hingga rusak, dan selesai.





Unik, Burung Jepang Takut Sama Wanita

eits..burung apa dulu neh? jangan ngeres dulu ya .burung dalam blog ini bukan "burung"nya orang jepang tetapi benar-benar burung jepang . Burung yang dimaksud adalah burung pipit yang menjadi hama sawah dan merusak hasil panen. Lantas apa hubungannya dengan wanita?

anda pasti tahu boneka sawah atau orang-orangan sawah bukan?!? Orang-orangan sawah di jepang didandani cantik dengan dandanan perempuan khas jepang dengan pernak-perniknya. Ada yang mengenakan kimono ada juga yang casual dengan topi fancy. Sepintas dari jauh agan pasti salah mengira kalau yang berdiri di pematang sawah itu adalah boneka. Kreatifitas orang jepang memang mengagumkan, pantas siapapun bisa terkecoh. Dan burungpun bisa saja tertipu.
boneka sawah mempunyai banyak nama yaitu bebegig-sunda, wedhen-jawa, scarecrow-inggris dan di jepang dinamakan かかし(baca kakashi-jadi inget hatake kakashi) . Salah satu boneka sawah yang terkenal bernama kuebiko. Ingat kueibiko pasti ingat cerita kami gami nya negeri matahari terbit. Kueibiko digambarkan boneka sawah yang selalu berdiri diluar rumah, tak bisa berjalan kemanapun, tetapi mengetahui segala sesuatu yang ada didunia.

 

Dengan kursi roda yang bisa melayang terbang, nenek atau kakekmu akan dapat menikmati perjalanannya berkeliling di dalam rumah dengan muluz! Arigatou Japan!


Benda ini sebetulnya berupa papan yang ditempel dengan sebuah alat khusus yang memungkinkan papan tersebut dapat terbang dengan tenaga hembusan angin lembut yang keluar dari 3000 lubang disisi bawah. Nah dengan menaruh bantal diatasnya maka jadilah papan ini dinamakan Bantal Terbang atau Flying Cushion.
Benda ini sebetulnya berupa papan yang ditempel dengan sebuah alat khusus yang memungkinkan papan tersebut dapat terbang dengan tenaga hembusan angin lembut yang keluar dari 3000 lubang disisi bawah. Nah dengan menaruh bantal diatasnya maka jadilah papan ini dinamakan Bantal Terbang atau Flying Cushion.
Benda ini dimaksudkan untuk membantu orang tua yang mengalami kesulitan dalam hal mobilitas dan membutuhkan alat bantu seperti kursi roda. Maka dengan menaruh bantal (Orang Jepang suka duduk diatas bantal) atau kursi diatas papan aladin ini, mereka dapat menikmati perjalanan yang lebih berkualitas.
Dengan melayang diatas udara, maka benda ini dapat melaju ke depan, belakang, samping kiri maupun kanan dengan mudah. Dan untuk menggerakannya juga tidak memerlukan banyak tenaga, sebuah sentuhan ujung jari sudah cukup untuk membuat benda ini bergerak.
Selain pergerakannya yang fleksibel, papan ini juga mampu menanggung bobot hingga seberat 150kg. Cukup kuat apabila nenek dan kakekmu ingin mencoba merajut saat-saat romantis mereka kembali dengan menaiki wahana terbang ini berduaan.


Benda ini dimaksudkan untuk membantu orang tua yang mengalami kesulitan dalam hal mobilitas dan membutuhkan alat bantu seperti kursi roda. Maka dengan menaruh bantal (Orang Jepang suka duduk diatas bantal) atau kursi diatas papan aladin ini, mereka dapat menikmati perjalanan yang lebih berkualitas.
Dengan melayang diatas udara, maka benda ini dapat melaju ke depan, belakang, samping kiri maupun kanan dengan mudah. Dan untuk menggerakannya juga tidak memerlukan banyak tenaga, sebuah sentuhan ujung jari sudah cukup untuk membuat benda ini bergerak.
Selain pergerakannya yang fleksibel, papan ini juga mampu menanggung bobot hingga seberat 150kg. Cukup kuat apabila nenek dan kakekmu ingin mencoba merajut saat-saat romantis mereka kembali dengan menaiki wahana terbang ini berduaan.
Sejarah kanji Jepang dimulai dari abad ke-4. Dulunya, orang Jepang tidak memiliki karakter untuk menuliskan bahasa yang digunakan sehari-hari.  Pada sekitar abad ke-4, Bangsa Jepang mulai mempelajari sistem tulisan Bangsa China (atau yang saat ini dikenal dengan karakter Hanzi). Karena bahasa China dan Jepang merupakan dua bahasa yang amat berbeda, baik secara struktur maupun pengucapan, maka muncul banyak kesulitan ketika Bangsa Jepang mengadopsi karakter-karakter Hanzi ke dalam bahasanya.

Sebagai contoh, karakter 母 yang berarti “ibu”. Dalam bahasa China, karakter tersebut dibaca “bo” (sesuai dengan pengucapan pada jaman itu). Ketika karakter tersebut diadopsi oleh Bangsa Jepang, karakter 母 dibaca sesuai dengan bahasa asli Jepang untuk mewakili sebutan “ibu”,  yaitu “haha”. Namun, cara membaca sesuai dengan pengucapan aslinya, tidak dihilangkan begitu saja oleh Bangsa Jepang. Misalnya kata 母性 yang secara harafiah berarti “sifat keibuan”, dibaca “bosei”. Karakter 母 pada kata 母性 tidak dibaca sebagai “haha” melainkan tetap mempertahankan pengucapan aslinya, yaitu “bo”. Contoh lain adalah 母国 yang secara harafiah berarti negara ibu (atau negara asal), dibaca “bokoku”. Sekali lagi, karakter 母 dibaca sesuai dengan pengucapan aslinya.

Cara baca dengan tetap mempertahankan pembacaan asli ini menyebabkan karakter Hanzi yang diadopsi Bangsa Jepang (yang kemudian dikenal dengan karakter Kanji), memiliki 2 cara baca yang berbeda. Cara baca pertama adalah cara baca ”kun” (atau kun-yomi) yang merujuk pada cara baca menggunakan bahasa asli Jepang, dan cara baca “on” (atau on-yomi) yang merujuk pada cara baca asli (China).

Awalnya, adopsi karakter Hanzi tidak begitu menimbulkan masalah. Malahan memperkaya bahasa Jepang karena menambahkan banyak kosa kata baru. Mirip dengan peranan Bahasa Sansekerta pada Bahasa Indonesia yang juga memperkaya kosa kata baru. Namun adanya perbedaan monosilabus (satu karakter untuk satu ucapan) dari karakter Hanzi dengan polisilabus (satu karakter dapat punya banyak ucapan) dari bahasa Jepang, membuat timbulnya masalah berbahasa yang serius. Dan ini merupakan salah satu faktor yang menyulitkan orang asing yang hendak belajar Kanji Jepang.

 

- Copyright © 2013 Baginda-Kun - Kurumi Tokisaki - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -