Popular Post

Popular Posts

Pages

Blogger news

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll

Blogger templates

Recent post

Tampilkan postingan dengan label Informasi. Tampilkan semua postingan

Makna dan Sejarah Bendera Jepang, Hinomaru

Dalam bahasa Jepang, bendera nasional Jepang disebut hinomaru, yang berarti “lingkaran matahari.” Di tengah-tengah bendera putih adalah lingkaran merah besar, yang mewakili matahari terbit tanpa sinar. Sebuah varian lain dari bendera ini menampilkan 16 sinar merah yang dulu digunakan oleh militer Jepang, khususnya angkatan laut. Bendera itu sekarang menjadi panji angkatan laut negara itu.


Gambar bendera Jepang

Matahari merupakan simbol penting dalam budaya Negeri Sakura. Negara ini terletak di sebuah pulau kecil di lepas pantai Asia, di tepi barat Samudera Pasifik. Dari sudut pandang daratan benua, Jepang terletak di arah matahari terbit. Dulu, Jepang menyebut diri mereka sebagai “Nihon” atau “Nippon”, yang berarti “sumber matahari.” Dalam bahasa Inggris, Jepang sering disebut “negeri matahari terbit.” Seperti yang terlihat dari pulau Jepang, matahari yang terbit di langit timur di atas lautan luas menciptakan pemandangan yang mengesankan.
Menurut legenda Jepang, bendera ini berasal dari abad ke-13, ketika negara itu sedang diserang oleh bangsa Mongol. Seorang pendeta Buddha bernama Nichiren menawarkan bendera berlambang lingkaran matahari kepada kaisar Jepang karena Amaterasu, penguasa itu, dianggap sebagai keturunan dewi matahari.
Kapan tepatnya lingkaran matahari pertama kali digunakan pada bendera Jepang tidak bisa dinyatakan secara pasti, tetapi sejarah mencatat pada abad ke-12 prajurit samurai menggambar simbol lingkaran matahari pada kipas lipat. Ikon hinomaru digunakan sebagai lencana militer selama perang Jepang dari abad ke-15 dan ke-16. Meskipun beberapa lambang pada periode itu memotret lingkaran emas dengan latar belakang biru, lingkaran merah di atas latar belakang putih lebih umum digunakan.
Pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17, hinomaru muncul sebagai simbol nasional ketika bendera ini dikibarkan di atas kapal-kapal dagang Jepang. Ketika pejabat Jepang berlayar dalam misi resmi ke Amerika Serikat pada tahun 1860, kapal mereka membawa hinomaru. Pada 27 Januari 1870, hinomaru dijadikan bendera resmi dan digunakan pada kapal komersial Jepang, dan pada tahun 1872, bendera itu digunakan di atas lantai dasar gedung-gedung publik. Sebuah undang-undang yang mengkodifikasi hinomaru sebagai bendera nasional tidak secara resmi disahkan oleh majelis nasional Jepang sampai tahun pada tahun 1999.
Setelah Perang Dunia II, penggunaan bendera ini dibatasi oleh pasukan pendudukan, tetapi ketika batasan-batasan itu dihapus pada tahun 1947, hinomaru kembali menjadi simbol nasional. Mengibarkan hinomaru di zaman modern tetap agak kontroversial di Jepang, karena beberapa warga merasa bendera itu mewakili masa kekaisaran dan perang di masa lalu Jepang. Pemasangan masal bendera Jepang biasanya terbatas pada acara-acara khusus seperti pertandingan tim nasional sepak bola atau penampilan publik oleh kaisar Jepang.

 

Makna dan Sejarah Bendera Jepang, Hinomaru


 
Bagaimana, melihat dari lirik diatas, cukup pendek lagu ini dan merupakan salah satu National Anthem terpendek di Dunia. Sebenarnya teks dalam lagu ini merupakan sebuah puisi kuno / tradisional (haiku) yang liriknya diciptakan oleh Yoshiisa Oku dan Akimori Hayashi. Lirik lagu ini pertama kali muncul dalam sebuah antologi puisi bernama Kokin Wakashu, sebagai sebuah puisi yang ditulis tanpa nama pengarang/anonim. Meskipun sebuah puisi anonim, bukanlah tidak lazim pada waktu itu alias sah-sah saja. Identitas pengarang yang sebenarnya mungkin saja sudah diketahui, tetapi namanya mungkin sengaja tidak disebutkan karena berasal dari kelas sosial yang lebih rendah. Puisi ini dicantumkan dalam berbagai antologi, dan dalam periode selanjutnya digunakan sebagai lagu perayaan oleh orang-orang dari semua lapisan sosial. Tidak seperti bentuknya yang digunakan untuk lagu kebangsaan saat ini, puisi ini awalnya dimulai dengan “Wa ga Kimi wa” (Engkau, Yang Mulia) dan bukannya “Kimi ga Yo wa” (Kekuasaan Yang Mulia). Perubahan lirik terjadi pada Jaman Kamakura (yang belum tahu lihat tentang pembagian jaman jepang klik. Perkembangannya Pemerintah Jepang pun mengutus seorang Jerman bernama Franz Von Eckert untuk mengharmonisasikan nadanya agar dapat dinyanyikan sebagai lagu kebangsaan.

Berikut Text dan Lirik Lagu dalam Huruf  Hiragana, Romawi, dan arti dalam Bahasa Indonesia :
Lirik Lagu Kimigayo dalam Huruf Kanji
きみがよは
ちよに, やちよに
さざれいしの
いわおとなりて
こけのむすまで
Lirik Lagu Kimigayo dalam huruf Romawi
Kimigayo wa
Chiyo ni, yachiyo ni
Sazare-ishi no
Iwao to narite
Koke no musu made
Arti Lagu Kimigayo dalam Bahasa Inggris
May your reign
Continue for a thousand, eight thousand generations
Until the pebbles
Grow into boulders
Lush with moss.
Arti Lagu Kimigayo dalam Bahasa Indonesia
Semoga kekuasaan Yang Mulia,
Berlanjut selama seribu, delapan ribu generasi,
Sampai kerikil,
Berubah menjadi batu karang,
Hingga diselimuti lumut.
Sejak akhir perang dunia ke 2 telah muncul kritik terhadap lagu kebangsaan, karena hubungannya terhadap paham militerisme (masa2 jepang yang feodal) dan makna kiasan penyembahan kaisar sebagai dewa, yang menurut sebagian orang tidak sesuai dengan adab masyarakat yang demokratis.Keberatan yang sama juga diberikan terhadap versi bendera nasional Jepang yang sekarang (Hinomaru), dan terkadang terjadi demonstrasi yang ditujukan terhadap keduanya.


Hinomaru berdampingan dengan Sang Saka Merah Putih
Baru pada tahun 1999, pemerintah Jepang menyetujui UU mengenai bendera dan lagu kebangsaan mereka, memang untuk masalah hal itu Jepang cukup tertinggal dalam menyikapinya daripada negara-negara lainnya termasuk Indonesia. UU tersebut menetapkan Kimigayo sebagai lagu kebangsaan dan Hinomaru sebagai bendera nasional. Pemerintah menyatakan pada saat persetujuan undang-undang tersebut bahwa lirik lagu kebangsaan adalah harapan atas Jepang yang damai dengan kaisar sebagai lambang persatuannya.
Dari dulu Jepang dikenal sebagai negara penganut agama Shinto dan Buddha. Apakah ada mereka yang menganut agama Islam? Tentu ada. Sekarang mari kita balik ke masa lalu dan menulusuri jejak Islam di Jepang.

Sejarah Islam Di Jepang

Sebelum tahun 1900, hanya ada dua negara di Asia yang menikmati kemerdekaan penuh, yaitu Kekaisaran Ottoman di Turki dan Kekaisaran Jepang. Karena keduanya berada di bawah tekanan negara-negara Barat, mereka memutuskan untuk membangun hubungan persahabatan dan mulai bertukar kunjungan.

Sultan Abdul Hamid II, yang memerintah Turki di era 1876-1909, mengutus laksamana Uthman Pasha untuk melakukan kunjungan resmi ke Jepang pada tahun 1890. Setelah Uthman Pasha selesai mengadakan pertemuan dengan Kaisar Jepang, dia dan enam ratus anak buahnya bersiap untuk pulang, meskipun saat itu cuaca sedang tidak bersahabat. Belum jauh kapal Al Togrul berlayar, badai besar menghantamnya sehingga menyebabkan lebih dari 550 awak kapal meninggal termasuk sang kapten.

Layaknya sahabat yang baik, pihak Jepang lalu mengirim dua kapal untuk membawa para korban yang selamat untuk pulang ke Istanbul. Seorang wartawan muda Jepang yang bernama Shotaro Noda (ada yang menyebutnya Torajiro Yamada) juga ikut dalam perjalanan itu. Dia adalah orang yang telah mengumpulkan uang sumbangan dari warga Jepang untuk diberikan kepada keluarga korban yang meninggal.

Setelah sampai di Istanbul dan menyerahkan uang sumbangan, Shotaro sempat bertemu langsung dengan Sultan Abdul Hamid yang kemudian memintanya untuk tinggal di Istanbul dan mengajarkan bahasa Jepang ke para pejabatnya. Tanpa berpikir panjang, Shotaro pun setuju. Selama tinggal di Istanbul, dia berkenalan dengan Abdullah Guillaume, seorang muslim yang berasal dari Liverpool, Inggris. Dia-lah orang yang memperkenalkan Shotaro kepada Islam.

Akhirnya Shotaro-pun memeluk agama Islam dan memilih untuk diberi nama Abdul Halim Noda (ada yang menyebutnya Abdul Khalil), yang diyakini dunia sebagai orang Jepang pertama yang beragama Islam.

Sejarah Islam Di Jepang: Shotaro Noda / Torajiro Yamada

Saat ini jumlah muslim di Jepang diperkirakan sebanyak 70.000 orang. Sekitar 90%-nya adalah orang asing yang datang dan bekerja di Jepang. Mereka berasal dari Indonesia, Pakistan, Iran, Bangladesh dan negara lainnya. Lalu sisanya 10% adalah orang Jepang asli.

Tidak gampang menjadi seorang muslim di Jepang. Mereka selalu mendapatkan rintangan dan cobaan dalam menjalani kewajiban mereka. Persoalan yang paling sering muncul, tak lain dan tak bukan, adalah persoalan makanan; dimana mereka bisa mendapatkan makanan yang halal?

Ya, memang tidak mudah mencari restoran yang bisa dinikmati orang muslim dengan tenang. Bersyukurlah bagi mereka yang tinggal dekat dengan restoran halal, tapi bagaimana dengan yang lain? Alhasil, mereka memasak makanan mereka sendiri atau beli makanan instan di minimarket terdekat. Bisa juga makan makanan cepat saji di McDonald's atau Kentucky Fried Chicken, asal tidak setiap hari.

Kenapa? Karena bisa gemuk.



Islam = Isuramukyo / イスラム教

- Copyright © 2013 Baginda-Kun - Kurumi Tokisaki - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -